Ia berharap, kegiatan ini bisa menjadi satu aksi berkelanjutan bagi kesejahteraan anak-anak dengan DS.
“Semoga harapan kita untuk menciptakan Bandung sebagai kota inklusi menjadi satu aksi yang berkelanjutan,” harapnya.
Sedangkan Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi (Perdosri) Jabar, dr. Muhammad Luthfi Darmawan, mengungkapkan, diperingatinya HSDS di setiap tanggal 21 Maret memiliki makna tersendiri.
“21-3. Down syndrome terjadi ketika ada satu salinan ekstra dari kromosom 21. Down syndrome terbagi dalam tiga jenis, yakni Trisomi 21, Mosaik, dan Translokasi,” papar Luthfi.
Menurutnya, penilaian anak-anak DS yang tidak dapat hidup mandiri adalah sebuah mitos. Pengidap DS dapat hidup mandiri tergantung pola asuh orang tua dan keluarganya sejak kecil.
“Termasuk tenaga medis dan perangkat pemerintah pada tumbuh kembang anak dengan DS. Kita juga perlu menyadari jika mereka berada di tengah-tengah kita,” jelasnya.
Halaman : 1 2